PERTANIAN

Dua Cara Utama Produksi Pestisida Nabati

hama_tanaman.ulat penggerek.kutu daun.walang sangit.wereng coklat.rumajamur.organik.pestisidaSecara umum ada dua cara mudah untuk membuat membuat pestisida nabati yaitu perendaman untuk menghasilkan produk ekstrak dan penumbukan, pembakaran, pengerusan serta pengepresan untuk menghasilkan produk berupa pasta atau tepung. Kedua duanya memiliki kelebihan masing-masing. Namun demikian untuk alasan mempermudah kegiatan produksi pestisida, banyak petani yang memilih memproduksi dengan cara ekstraksi. Berikut beberapa contohnya :

Selengkapnya

PERTANIAN

Bertani dan Awal Cerita Kehidupan Manusia

Pekerjaan yang terkait bercocok tanam atau bertani bisa jadi dipandang sebelah mata, dianggap rendah atau diremehkan oleh sebagian besar manusia bahkan oleh manusia-manusia yang hidup di alam dengan tanahnya yang sangat subur seperti di negeri ini. Malahan para pemuda di desa yang merupakan daerah pertanian pun sudah banyak yang menghindari pekerjaan ini dengan berbagai alasan: panas terik matahari, kotornya lumpur, tidak bergengsi bila dibandingkan dengan pekerjaan di pabrik/industri atau kantoran, tidak menjanjikan pendapatannya dan sebagainya dan seterusnya dan lain-lainnya.

Padahal bidang yang satu ini sangat esensial dan hakiki dalam kehidupan manusia karena sejak dari jaman Nabi Adam a.s. sampai sekarangpun ketika bumi ini sudah renta, manusia tidak pernah bisa berhenti makan. Karena esensi dan hakikinya, bahkan asal muasal dan sebab musabab terlahirnya manusia ke muka bumi ini yang merupakan awal cerita terjadinya kehidupan seorang manusia pun di analogikan dengan ladang dan penggarapannya yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 223. Pekerjaan bertanilah dan ladangnya yang mengawali cerita kehidupan seorang manusia …….

SELENGKAPNYA

PERTANIAN

pendidikan bidang pertanian

Modern farming practices for a Kyoto farmer planting rice seedlings
Modern farming practices for a Kyoto farmer planting rice seedlings

Fakta yang ada saat ini jurusan pendidikan yang berhubungan dengan bidang pertanian di berbagai perguruan tinggi sudah kurang diminati. Tentunya hal ini menjadi suatu keprihatinan karena Indonesia adalah negeri yang diberi karunia tanah yang subur dan iklim yang cocok untuk pertanian sehingga menjadi negeri agraris. Minat yang menurun untuk melanjutkan pendidikan di bidang pertanian ini memang dapat difahami dengan kondisi paradigma masyarakat saat ini. Pada umumnya tujuan masyarakat melanjutkan pendidikannya atau pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik atau pekerjaan dengan honor/gaji yang memadai. Sangat sedikit yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan keahliannya sesuai dengan bakat dan minatnya atau potensi dirinya untuk kemudian nantinya dapat menghasilkan prestasi yang tinggi di dalam pekerjaannya baik sebagai pegawai maupun sebagai wirausahawan. Selengkapnya

PERTANIAN

BIOAKTIVATOR PEROMBAK BAHAN ORGANIK (Biodekomposer)

BIOAKTIVATOR PEROMBAK  BAHAN ORGANIK (Biodekomposer)

Produk sisa bahan organik pertanian (jerami), industri (biosolid), perkotaan (kertas, sayuran), dan halaman perumahan (daun, potongan rumput) menyebabkan imobilisasi hara, alelopati, dan sumber penyakit. Proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu relatif lama (3-4 bulan) terutama yang mengandung lignin.

Sebagian besar materi limbah organik gimnospermae dan angiospermae merupakan lignoselulosa. Hampir setengah materi lignoselulose merupakan senyawa selulose dan 15% sampai 36% adalah senyawa lignin.

Artikel selengkapnya…

PERTANIAN

Pertanian Organik Selaras Dengan Agama

10159_padi3

Anjuran pemerintah di masa lalu berupa program semacam insus, bimas atau inmas yang mengacu kepada gerakan revolusi hijau dengan tujuan semata-mata hanya kepada peningkatan produktifitas, tanpa disadari sudah mengarahkan para petani meninggalkan tuntunan agama Islam dalam mengelola alam dan pertanian. Paradigma dari gerakan revolusi hijau (green revolution) yang dikenal juga dengan sistem pertanian konvensional diantaranya adalah dengan mengubah potensi genetik dari tanaman juga meningkatkan penggunaan input-input eksternal seperti dengan meningkatkan pemakaian air, lebih banyak pupuk, lebih banyak pestisida, dll. Paket teknologi gerakan revolusi hijau yang dibawa yaitu dengan penyeragaman tanaman (monocropping), penggunaan varietas dengan produktifitas tinggi, herbisida, pestisida dan pupuk kimia buatan.

Dampak dari aplikasi paket teknologi ini yang sudah dirasakan secara meluas adalah erosi pada tanah, salinisasi (penggaraman) tanah, polusi air, eksploitasi berlebihan, kemiskinan lahan, berkurangnya keragaman hayati, bertambahnya jenis organisme pengganggu tanaman serta meningkatnya residu pestisida kimia dan antibiotik dalam makanan yang membahayakan tubuh manusia. Dampak yang timbul ini tentu saja sudah jelas merupakan suatu bentuk pengrusakan terhadap lingkungan. Sedangkan Allah berfirman dalam Qur’an Surat ke-7, Al A’raaf ayat 56 : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Artikel selengkapnya